Hati-hati dengan Lisanmu
Hati-hati dengan Lisanmu
Ada satu bagian dari tubuh kita yang bisa melukai orang lain tanpa bisa terlupakan.
Dialah lisan yang menjadi jalan kita berucap.
Jika kita berkata baik maka akan baik pula balasan orang lain kepada kita.
Namun, jika kita terbiasa berkata negatif dengan mencela, berkata sombong atau berbohong, maka buruk pula balasan orang lain kepada kita.
Mungkin kita merasa tidak sombong dan tak pernah mencela karena kita merasa kita adalah orang baik.
Namun, seringkali kesalahan itu dilakukan secara tak sadar. Karena yang tersakiti adalah orang lain.
Bukan diri kita sendiri.
Ada sebuah kisah tentang seorang pengusaha sukses yang berbicara tentang kesuksesan dirinya kepada teman masa kecilnya.
Si A yang hanya pekerja serabutan bilang kalau dia berniat mencicil rumah agar hasil usahanya tak hilang begitu saja karena dikonsumsi.
Namun, Si B yang pengusaha kaya mengatakan bahwa kredit rumah itu haram dan membandingkan bahwa dia saja membeli rumah dengan mengumpulkan uang agar bisa membelinya kes. Padahal rumah yang dibeli ini harganya milyaran.
Mungkin apa yang disampaikan adalah sebuah kebenaran dan niatnya baik.
Tapi sayang, Si B yang pengusaha tak punya kepekaan hati dalam berkata.
Dia tak tahu bagaimana gundahnya seorang pekerja serabutan yang mendamba sebuah rumah.
Pikirannya mungkin hanya sampai pada mencicil rumah.
Tapi begitu terlukanya dia karena Si B berkata dengan penuh kesombongan.
Akhirnya apa?
Si B yang tadinya kaya mendadak miskin dan bangkrut. Rumahnya dijual, hidupnya kembali lagi dari nol.
Apa yang menyebabkan semua ini?
Ternyata semua ini terjadi karena Si A yang sakit hatinya berdo’a agar Si B diberi sedikit pelajaran oleh Allah.
Itulah bahaya dari lisan dan sikap yang kurang terjaga.
Ada pepatah mengatakan seorang pemuda bisa mati akibat terpeleset kata-katanya, tapi tak ada pemuda yang mati karena terpeleset kakinya.
Boleh di-SHARE :)
Setia Furqon Kholid
Ada satu bagian dari tubuh kita yang bisa melukai orang lain tanpa bisa terlupakan.
Dialah lisan yang menjadi jalan kita berucap.
Jika kita berkata baik maka akan baik pula balasan orang lain kepada kita.
Namun, jika kita terbiasa berkata negatif dengan mencela, berkata sombong atau berbohong, maka buruk pula balasan orang lain kepada kita.
Mungkin kita merasa tidak sombong dan tak pernah mencela karena kita merasa kita adalah orang baik.
Namun, seringkali kesalahan itu dilakukan secara tak sadar. Karena yang tersakiti adalah orang lain.
Bukan diri kita sendiri.
Ada sebuah kisah tentang seorang pengusaha sukses yang berbicara tentang kesuksesan dirinya kepada teman masa kecilnya.
Si A yang hanya pekerja serabutan bilang kalau dia berniat mencicil rumah agar hasil usahanya tak hilang begitu saja karena dikonsumsi.
Namun, Si B yang pengusaha kaya mengatakan bahwa kredit rumah itu haram dan membandingkan bahwa dia saja membeli rumah dengan mengumpulkan uang agar bisa membelinya kes. Padahal rumah yang dibeli ini harganya milyaran.
Mungkin apa yang disampaikan adalah sebuah kebenaran dan niatnya baik.
Tapi sayang, Si B yang pengusaha tak punya kepekaan hati dalam berkata.
Dia tak tahu bagaimana gundahnya seorang pekerja serabutan yang mendamba sebuah rumah.
Pikirannya mungkin hanya sampai pada mencicil rumah.
Tapi begitu terlukanya dia karena Si B berkata dengan penuh kesombongan.
Akhirnya apa?
Si B yang tadinya kaya mendadak miskin dan bangkrut. Rumahnya dijual, hidupnya kembali lagi dari nol.
Apa yang menyebabkan semua ini?
Ternyata semua ini terjadi karena Si A yang sakit hatinya berdo’a agar Si B diberi sedikit pelajaran oleh Allah.
Itulah bahaya dari lisan dan sikap yang kurang terjaga.
Ada pepatah mengatakan seorang pemuda bisa mati akibat terpeleset kata-katanya, tapi tak ada pemuda yang mati karena terpeleset kakinya.
Boleh di-SHARE :)
Setia Furqon Kholid
0 komentar:
Posting Komentar